Minggu, 21 November 2010

Kepingan Memori yang Luar Biasa

Review buku "Yang Tersisa Dari Setahun Itu" karya Emiralda Novrianti
oleh Hilda Nurina


Begitu baca buku ini, saya benar-benar envy dengan mbak Emi. Soalnya, saya juga sangat suka backpacking dan travelling. Saya suka menjelajah tempat-tempat baru. Saya juga punya impian melakukan Euro Trip. Makanya, saya excited banget membaca karya mbak Emi ini.

Mbak Emi benar-benar detail menceritakan perjalanannya. Ditulis per bagian, sesuai dengan pelajaran yang dapat diambil. Banyak sekali informasi yang bisa saya ambil dari buku Yang Tersisa dari Setahun Itu.

Dengan hanya membaca buku mbak Emi, saya seolah diajak ikut travelling ke 17 negara dan 56 kota tersebut *ehm, kalau suatu saat diajak travelling beneran, juga boleh lho mbak, hehehe*

Contoh penggalan yang bikin saya ngiler:

Piknik di pinggir danau. Duduk membaca di taman. Jalan-jalan ke air terjun. Hiking (bukan naik gunung, loh yaaa.. unfortunately I'm not that sporty ;)) Main sepeda. Pergi ke pasar Sabtu pagi (saking tinggal di dusun, pasar aja cuma ada dua kali seminggu) with fresh smells of warm breads, cookies and cheese – yumm ! Barbeque rame-rame. Mengunjungi kakek dan nenek saya dan ngobrol seharian disana. Nonton festival balon udara. Nonton festival musik jalanan. Nonton pesta kembang api. Ke kastil dan museum. Duduk nungguin sunset sambil makan es krim di tepi danau waktu summer. Daydreaming di depan jendela dengan segelas coklat panas ngeliat salju turun selapis demi selapis waktu winter.

Huaaa... betapa inginnya saya melakukan itu semua.

Kemudian, Cerita Kedua – Apa Sih Artinya Gegar Budaya membuka mata saya bahwa ternyata orang-orang bule disana itu sangat toleran dan sangat menghargai pilihan-pilihan tiap individu. Saya jadi tersentuh membaca bagaimana mereka mengingatkan mbak Emi untuk beribadah dan sebagainya. Saya suka kata-katanya mbak Emi:

“I just think that perhaps, we, the Easterners, need to learn from the Westerners on this. I seriously do, not because of East or West, but simply because we’re all human.”


Kemudian, di Cerita Tiga – Serenity in Solitude, saya juga bisa merasakan nikmatnya pergi sendirian. Iya, saya juga seorang extrovert yang terkadang bisa juga sangat menikmati jalan-jalan sendirian. Terutama sewaktu dulu saya stress masalah pekerjaan. Dalam jalan-jalan sendiri itulah, saya bisa merenung dan instropeksi diri, hehehe.

Dan tak hanya menceritakan yang hepi-hepi saja, mbak Emi juga menceritakan duka selama perjalanannya ini. Kemudian, mbak Emi juga mengingatkan bahwa tak ada yang tak berakhir. Seseru apapun perjalanan atau liburan, suatu saat juga akan berakhir.

Kerennya, mbak Emi bahkan menyelipkan a very short kind-of-spoiler note tentang perjalanannya ke Eropa Spring 2010. Yang artinya, mbak Emi sudah menyiapkan buku kedua. Wah, keren!

So, buat yang pengin travelling ke berbagai negara tapi belum punya kesempatan kesana, baca aja dulu kepingan memori milik mbak Emi ini. Dengan hanya duduk manis dan membaca buku ini, kalian bakal diajak travelling ke 17 negara dan 56 Kota oleh mbak Emi ^^

Saya tunggu buku keduanya yaa mbak! ^^ Nggak sabar buat baca kisah Yang (Benar-Benar) Tersisa Dari Setahun Itu. Semoga suatu saat saya bisa seperti mbak Emi, menjelajah 17 negara dan 56 kota, kemudian menceritakan kisah perjalanan tersebut. Amin. :)
(hil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar