Senin, 15 November 2010

Warna Dari Pelangi – Karina Sacharissa

 review oleh rosepr1ncess


Saya tidak menyangka bisa se-terharu ini membaca teenlit. Setelah relationship-nya Adyta bikin saya ingat masa remaja, kini membaca karya Sacha membuat saya merinding. Karya teenlit ternyata tidak membosankan ketika ditulis oleh mereka berdua. Adyta dan Sacha membuktikan bahwa di usia mereka yang masih belia, mereka sudah bisa berkarya dan tidak sembarang berkarya.


Warna Dari Pelangi karya Sacha bercerita tentang seorang Gadis SMA bernama Kirana Pelangi Ghita. Gadis itu senang menyebut dirinya sendiri Kla. Ia memiliki teman akrab perempuan bernama Sita, yang meski rumahnya cukup jauh dari tempat tinggalnya, Kla selalu mendatanginya karena Sita selalu antusias mendengar coletehnya yang selalu fres setiap hari. Kla menyukai salah satu seniornya, bernama Gian. Setiap kali ada Gian, Kla tak bisa berkutik. Tapi ketika suatu hari akhirnya Gian mengungkapkan perasaannya, Kla justru menolak Gian karena ternyata Kla tidak mencintai Gian, perasaannya pada senior itu ternyata sebatas rasa suka, tak lebih.



Kla sudah jatuh cinta sama laki-laki lain, namanya Azhel Ithnan Harka. Azhel memang laki-laki yang datang terlambat dalam hidup Kla. Tapi sisi misterius Azhel, sanggup merebut hati Kla yang semula hanya tertuju pada Gian.  Kla sadar ia jatuh cinta pada Azhel dan ia ingin menjadi pelangi, mewarnai hidup Azhel yang menurutnya selalu diselimuti awan mendung. Karena Pelangi juga merupakan panggilan kesayangan dari Azhel untuknya. Tak pernah ada yang memanggilnya Pelangi selain Azhel. Tapi sayangnya, Azhel justru mencintai perempuan lain, namanya Nyssa, yang justru merupakan mentor les matematika Kla yang selalu dibanggakan oleh Kla. Kla menyesal sering memuji perempuan dewasa itu, yang justru merebut Azhel darinya.


Kelanjutan kisahnya, silakan beli buku Sacha. Untuk penggemar novel teenlit, karya Sacha ini bisa jadi alternatif buku teenlit yang bisa dibaca berulang-ulang. Ceritanya mengalir dan tidak membosankan. Ada beberapa bagian yang penuh kejutan dan bisa memancing air mata keluar, seperti peralihan antara prolog dengan isi kemudian antara isi dengan epilog. Baru kali ini saya membaca novel teenlit yang memiliki Prolog dan Epilog. Dan Sacha, menuliskannya dengan baik. Sejak membaca prolog, isi,sampai epilog, saya bisa mengetahui hubungan sebab-akibat yang ditulis dengan sangat apik oleh Sacha. Plot novel ini unik dan tertata rapi, dan saya jadi lupa kalau penulis buku ini baru berusia 19 tahun.  

Sacha berhasil menghentak pembaca dengan pengalaman traumatik tokoh utama di awal cerita (prolog), lalu menyuguhkan kisah hidup tokoh utama menjalani hari-harinya melawan pengalaman traumatiknya itu di tempat baru, dengan diselingi kisah persahabatan yang seru dan mengharukan. Plus cerita cinta khas remaja yang diselipkan diantaranya. Lalu Sacha menutup novel dengan epilog yang manis, saat Kla menemukam kembali masa lalunya, dari seorang laki-laki baru, bukan sebagai sisi traumatik, melainkan romantisme seorang sahabat sekaligus pacar seperti yang pernah dialaminya bersama Ray, laki-laki yang meninggal karena direnggut ganasnya ombak lautan. Ending cerita yang sangat manis sekaligus mengharukan ….


Untuk Sacha, sang penulis, saya yakin buku ke-dua, ke-tiga, ke-empat, dan seterusnya akan lebih seru dari buku pertama yang kamu tulis ini. Oleh karena itu, jangan berhenti menulis, teruskan apa yang telah kamu lakukan ini. Untuk gadis seusiamu, novel Warna Dari Pelangi adalah karya perdana yang cukup kreatif. Jangan berhenti belajar menulis dan terus gali potensi menulismu agar karya-karyamu selanjutnya bisa lebih berwarna seperti Pelangi.


Selamat berkarya ….



----Rose Princess----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar