Senin, 15 November 2010

Zulazula yang Berkicau Dalam Bukunya

review oleh rosepr1ncess


Tak pernah terpikirkan bagi saya bahwa cerpen dan prosa bisa berdampingan dan saling melengkapi satu sama lain dengan begitu indahnya seperti dalam buku Aku Berkicau. Ketika menyusun buku LUKA saya sempat ingin mengkolaborasikan antara puisi dan cerpen, tapi niat itu urung karena tak ada satupun puisi saya yang berkaitan dengan cerpen-cerpen saya, sehingga saya berpikir untuk memisahkan keduanya menjadi kumpulan cerpen dan kumpulan puisi, dalam dua buku yang berbeda. Nuzula Fildzah atau yang biasa kita kenal dengan Zulazula berhasil “mengawinkan” prosa dan  cerpen, menjadi satu kesatuan yang bisa dinikmati secara terpisah maupun berdampingan.


Buku Aku Berkicau terdiri dari 8 cerpen dengan masing-masing memiliki prosa sebagai pembukanya – atau pengantar – atau mungkin Zulazula punya istilah sendiri? Tema yang diangkat dalam masing-masing cerpennya beragam, yang tentu saja tak lepas dari benang merah Cinta, baik antar sepasang kekasih, antara ayah dan sang anak, bahkan ada kisah tentang buku diary yang menyayangi si empunya dan taman bunga yang juga berkeluh kesah tentang minimnya perhatian keluarga yang hidup bersamanya. Zulazula benar-benar berkicau dalam bukunya, tapi memang kicauannya lebih vokal terasa dalam prosanya. Seperti seolah-seolah sedang memberi petuah kepada pembaca, sedangkan cerpennya, murni kicauan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. 



Prosa favorit saya ada dalam Life Must Go On :
Jika kamu telah berusaha, namun cinta itu membuatmu merasa disia-siakan, tinggalkanlah. Jangan terhanyut disebuah rasa yang tidak membuatmu bahagia. Lanjutkan hidupmu, karena ada ketulusan yang menanti jiwa – jiwa yang pernah tersakiti. Lanjutkan langkahmu, buang masa lalu.


Tapi  Cerpen favorit saya justru Cerpen yang berjudul Perjalanan Proklamasi. Saya salut dengan cara Zulazula berkisah (atau berkicau?) dalam cerpen ini. Ia berhasil memasukkan suasana yang bersejarah ketika Proklamasi hendak di kumandangkan, ke dalam mimpi seorang pemuda. Mimpi itulah yang kemudian menginspirasi Sang Pemuda untuk meramaikan Hari Kemerdekaan. Seru, menghibur, juga sarat makna.


Dalam Cerpen 05 : 05, ini jelas pemilihan judul yang berbeda, unik, dan isinya pun jadi ikut-ikutan unik. Berkisah tentang perenungan sang tokoh utama setiap jam 05 : 05. Sebuah rutinitas yang unik, juga sangat menyentuh hati. Berkisah tentang seorang perempuan yang merasa tak lagi berharga karena tak lagi memiliki “harta” yang seharusnya ia jaga baik-baik. Keperawanan memang tema yang paling sensitif bagi perempuan, terutama yang kehilangannya bukan karena pernikahan yang sakral.  Cerpen ini memberikan secercah harapan bagi perempuan manapun yang memiliki nasib serupa agar tidak merendahkan dirinya sendiri, dan yakin, suatu hari kelak pasti akan ada laki-laki yang menerimanya apa adanya.


Zulazula menutup bukunya dengan harapan bahwa ia akan terus berkicau dalam karyanya, seperti dalam kata-kata berikut :

Rinduku Kembali Berkicau


tiap syair suarakan arti
misteri tersemat di sini
megatkan kata
yang bersulam indah
kicauan usai sudah
arungi kata yang berlentera
sampai jumpa di lain kisah

(zulazula)



Ya, sampai jumpa di lain kisah, di lain buku yang saya percaya akan lebih indah ku simak kicauanmu. Tetaplah kreatif ketika berkicau dalam kata yang sarat makna …


---Rose Pr1ncess---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar