Senin, 15 November 2010

Lajang Jalang “Merangsang” Saya

 review oleh rosepr1ncess


Lajang Jalang karya Vira Cla, berhasil “merangsang” kreatifitas saya kembali. Apa pasal? Karena ternyata saya menemukan penulis dari #99writers yang menyukai sastra “selangkangan”. Saya dan Vira, yang sama-sama berusia 24 tahun, ternyata gemar pada cerita “selangkangan” tanpa diketahui oleh orang tua. Bedanya, saya baru sampai tahap gemar membaca karya-karya seperti ini, sedangkan Vira sudah berani menuliskannya. Ia tak takut image-nya yang seorang perempuan berjilbab ternodai karena menuliskan cerita-cerita yang sangat “dewasa”dalam hal isi dan cara berturur. Inilah kebebasan berkespresi, kebebasan berkarya yang belum bisa saya lakukan, meski sangat ingin saya lakukan sejak saya menggemari karya-karya besar seperti milik Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu. 


Membaca karya Vira, dahaga saya akan karya-karya seperti milik penulis idola saya tersebut pun terpuaskan. Saya tak menyangka ada penulis #99writers yang bisa menulis seperti ini. Sungguh luar biasa, Vira. Saya sangat mengagumi karyamu. Dan suatu hari saya akan mencoba untuk menuliskannya juga, karena ide saya tentang kisah “selangkangan” sebenarnya lebih banyak dan lebih “gila” tapi jujur sampai sekarang saya belum berani menulisnya. Membaca karyamu, saya jadi tertantang untuk berani menuliskan apa-apa yang selama ini tersimpan rapat dalam otak saya. Saya tak akan peduli lagi image apa yang nantinya melekat pada diri saya. Karena karya dan diri saya pribadi memang seharusnya menjadi dua hal yang berdiri sendiri meski saling berkaitan, seperti kamu yang berjilbab dengan karyamu yang sangat “jalang”. Sekali lagi, ini luar biasa, Vira…



Membaca judul buku Vira, mungkin calon pembaca akan membayangkan bahwa isi buku ini hanya semata tentang hubungan kelamin, kotor, tidak bermoral, tapi disini saya ingin ingatkan bahwa anda salah kalau berpikir demikian. Cerpen-cerpen Vira punya pesan moral yang kuat dibalik judul-judulnya yang  sangat “dewasa” . Seperti dalam cerpen “Puting”, Vira menegaskan arti penting keperawanan dalam dialog tokoh utama laki-laki :


“Gadisku, kamu masih perawan. Tapi hanya dibawah sana. Gadisku, kalau boleh kujujur, kamu tak perawan lagi. Kamu hanya tertipu oleh diksi. Kamu telah menikmati persenggamaan. Walau hanya sampai puting. Namun kamu telah terpuaskan. Kamu biarkan putingmu jadi korban. Tak ibakah kamu pada suamimu kelak? Ah jujur saja, aku lelaki timur yang walau bejat begini, tetap cari calon istri yang perawan. Dan kamu tak lagi perawan. Gadisku, selamatkanlah putingmu. Bayimu nanti membutuhkannya. Jangan biarkan nafsu lelaki melumatnya, bahkan menggigitnya hingga terluka. Gadisku, berhentilah membiarkanku melumat putingmu. Gadisku, sadarlah!”


Tapi selain pesan-pesan moral tentang “perawan” “birahi” dan “kelamin”, Vira juga tak lupa menyelipkan romantisme dalam karya-nya, seperti yang tertulis dalam cerpen Hari Ini Aku di Persimpangan Jalan :

“Cinta akan selalu sabar menunggu. Jika aku memilih untuk pergi meninggalkan, berarti hanya egoku yang berkuasa. Ego bahwa hubungan gantung ini merendahkanku. Ego bahwa status penting bagiku. Ego bahwa aku menginginkannya selalu hadir untukku. Cinta akan membiarkan ia lepas menikmati kebebasannya, dan cinta akan menerimanya kembali setelah ia lelah berkelana. Cinta tak akan menyerah. Di balik Cinta selalu ada asa. Tapi aku memang telah hina karena berzina. Inilah asa dalam duka. Menyakitkan!”


Yang saya kagumi lagi dari karya-karya Vira adalah dalam hal pemilihan judul cerpen. Masing-masing cerpen punya judul yang unik, seperti Labia, Puting, Ketika Otak di Selangkang, Lajang Jalang, Saya Hedon Saya Gigolo, dan Bipolar Attack. Jujur kelemahan saya menulis adalah dalam hal menentukan judul, banyak cerpen saya yang berulang kali berubah judul meski isinya sama, dan Vira berhasil “menampar” saya dengan judul-judul cerpen yang tak biasa, yang sama sekali tak terpikirkan oleh saya. Vira penulis berbekat, dan saya mengakuinya dengan sadar.


Lalu Vira menghentak saya lagi dengan penggambaran emosi para tokoh yang ditulis tanpa sensor, sehingga emosi itu meluap bebas begitu saja dan membuat saya ternganga. Seperti dalam “Biar Murahan Gue Tetap Perempuan”, dialog para tokohnya membuat saya terhenyak :

“Anjing!!!!” nama binatang itu gue semprot kencang ke muka si brengsek itu….”Biar elo kata gue jalang, gue nggak nyakitin hati siapapun! Elo, hipokrit, gampang banget nyakitin hati orang! Gue pula!” hanya itu kalimat terakhir gue buat si brengsek.


Lalu dalam Cerpen “Saya Hedon Saya Gigolo” juga ada pergulatan batin tokoh yang membuat saya haru :

“Saya Hedon. Saya Gigolo. Kesenangan adalah hidup saya. Saya tak peduli kata orang tentang saya. Saya hedon. Saya hanya ingin bersenang-senang. Menjadi gigolo adalah pilihan saya untuk bersenang-senang. Walau dunia mengutuk saya. Tapi, inilah cinta saya. Ya, ini pun cinta, dalam bentuknya yang paling kejam,”


Membaca cerpen-cerpen Vira, membuat saya “terangsang” untuk berani menulis hal-hal yang seperti ini. Bukan berarti ikut-ikutan, saya yakin saya punya ciri khas sendiri ketika akhirnya berani menuliskan sastra “selangkangan” seperti ini. Terima kasih Vira untuk karyamu yang “berani” dan sangat “merangsang” saya untuk berani pula menuliskan apapun yang ingin saya tulis.


Tetaplah menjadi Lajang yang menjalin huruf hingga berkata, menjalin kata hingga berkalimat, menjalin kalimat hingga berparagraf, menjalin paragraf hingga bercerita berkisah, seperti yang kau tulis dalam Cerpen “Lajang Jalang”-mu, tapi jangan jadi Jalang, ya …


Saya percaya Vira akan masuk jajaran penulis besar suatu hari, seperti harapannya : “Negeri ini, akan saya persembahkan sebuah karya sastra luar biasa suatu saat nanti,”


Saya percaya, Vira, seperti kamu yang percaya pada dirimu, pada kemampuanmu bercerita :

“Kau bisa saja menulis dengan aliran itu. Kau hanya perlu berlatih menulis lebih sering. Kelak, kau akan jadi sastrawan besar di negeri sastra yang kau cinta ini. Mungkin saja nanti kau pengganti Jassin yang telah tiada, atau Sapardi yang telah menua, hahaha…”


Bermimpilah, Vira ….

Bebaskan Imajimu …

dan Raih Suksesmu dalam Merangkai Kisah…



---- Rose Pr1ncess ----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar